Jangan Anggap Sepele! Risiko Henti Jantung Saat Lari, Dokter Sarankan Deteksi Dini

Jangan Anggap Sepele! Risiko Henti Jantung Saat Lari, Dokter Sarankan Deteksi Dini

Olahraga Lari Populer, Tapi Risiko Tetap Ada

Olahraga lari kini menjadi gaya hidup sehat yang digemari banyak orang. Dari kalangan muda hingga lansia, semua berlomba menjaga kebugaran tubuh lewat aktivitas ini. Namun, di balik manfaatnya, lari juga menyimpan risiko kesehatan yang tidak boleh diabaikan. Salah satunya adalah henti jantung mendadak, yang bisa terjadi bahkan pada pelari yang terlihat sehat.

Menurut dr. Aditya Nugraha, spesialis jantung dan pembuluh darah, risiko ini sering kali terjadi karena kondisi jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya. “Banyak kasus henti jantung saat olahraga terjadi pada orang yang merasa dirinya sehat, padahal ada kelainan jantung tersembunyi,” ungkapnya.

Kenali Gejala Awal Sebelum Terlambat

Meskipun henti jantung bisa terjadi secara tiba-tiba, ada beberapa gejala awal yang sebaiknya tidak diabaikan. Beberapa tanda peringatan meliputi:

  • Nyeri dada saat berolahraga
  • Sesak napas yang tidak biasa
  • Jantung berdebar secara tidak teratur
  • Pusing atau hampir pingsan saat aktivitas fisik

Jika Anda merasakan salah satu dari gejala ini, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa, terutama bagi mereka yang rutin berolahraga intens.

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Rutin Lari

Untuk mengurangi risiko henti jantung, para ahli menyarankan agar pelari—baik pemula maupun yang sudah berpengalaman—melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Tes yang direkomendasikan meliputi elektrokardiogram (EKG), echocardiography, dan tes treadmill.

“Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui apakah ada kelainan jantung, terutama bagi yang berusia di atas 35 tahun atau memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga,” jelas dr. Aditya.

Transisi dari gaya hidup tidak aktif ke aktivitas berat seperti lari maraton juga harus dilakukan secara bertahap. Jangan memaksakan tubuh, karena bisa berakibat fatal.

Tips Aman Berlari untuk Semua Usia

Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan agar berlari tetap aman:

  1. Lakukan pemanasan minimal 5–10 menit sebelum mulai lari.
  2. Gunakan sepatu lari yang sesuai dan permukaan yang aman.
  3. Minum air secukupnya, tapi jangan berlebihan.
  4. Berhenti segera jika merasa tidak nyaman, terutama di dada atau kepala.
  5. Lakukan pendinginan untuk menurunkan detak jantung secara bertahap.

Dengan mengikuti panduan ini, Anda bisa menikmati manfaat lari tanpa mengorbankan kesehatan jantung.

Kesimpulan: Cegah Sebelum Terjadi

Olahraga memang penting untuk kesehatan, tetapi harus dilakukan dengan bijak. Risiko henti jantung saat lari nyata adanya, terutama bila tubuh tidak disiapkan dengan baik. Oleh karena itu, deteksi dini, pemeriksaan rutin, dan pemahaman akan batas kemampuan tubuh menjadi kunci utama untuk menjaga keselamatan.

Jangan menunggu sampai terlambat. Dengarkan tubuh Anda, konsultasi ke dokter, dan nikmati olahraga dengan aman. Kesehatan jantung adalah investasi jangka panjang yang tidak boleh diabaikan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *