Tradisi Turun-Temurun yang Masih Hidup
Sebanyak 1.769 warga Baduy kembali menjalankan tradisi tahunan mereka, ritual Seba, dengan berjalan kaki ke Kantor Gubernur Banten. Meskipun zaman telah berubah, masyarakat Baduy—baik Dalam maupun Luar—tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap pemerintah, sekaligus sarana menyampaikan pesan penting: lindungi dan hormati adat istiadat.
Seba adalah tradisi yang berlangsung setelah Kawalu, masa bertapa atau menyepi warga Baduy Dalam selama tiga bulan. Setelah masa itu berakhir, warga Baduy akan “turun gunung” dan berjalan puluhan kilometer menuju pusat pemerintahan.
Perjalanan Penuh Makna dan Simbol
Tidak seperti demonstrasi atau audiensi formal, ritual Seba dilakukan dengan penuh ketenangan, kesederhanaan, dan simbolisme tinggi. Warga Baduy berjalan kaki dari wilayah mereka di pedalaman Kabupaten Lebak menuju pusat pemerintahan Provinsi Banten. Dalam perjalanannya, mereka mengenakan pakaian adat, membawa hasil bumi, serta menyampaikan amanah dari para tetua adat.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Banten, kehadiran ribuan warga Baduy ini bukan sekadar ritual simbolik. “Seba merupakan wujud komunikasi budaya yang harus dijaga. Mereka datang membawa pesan moral agar pemerintah tak lupa menjaga keseimbangan alam dan adat,” ujarnya.
Pesan Utama: Pemerintah Diminta Jaga Lingkungan dan Adat
Dalam pertemuan dengan Gubernur Banten, perwakilan tetua adat Baduy menyampaikan permintaan yang sederhana namun mendalam: agar pemerintah tidak merusak hutan, menjaga wilayah adat, dan tidak memaksakan pembangunan yang mengganggu kearifan lokal.
Salah satu tokoh adat, Jaro Saija, menekankan bahwa warga Baduy tidak menolak modernisasi, tetapi meminta agar pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya yang telah hidup turun-temurun. Mereka juga berharap agar pendidikan dan kesehatan warga Baduy dapat diperhatikan, tanpa memaksa mereka keluar dari prinsip hidup sederhana dan menyatu dengan alam.
Peran Pemerintah Daerah: Menjawab Harapan dengan Aksi Nyata
Menanggapi harapan tersebut, Gubernur Banten menyampaikan komitmennya untuk terus mendukung pelestarian budaya Baduy. Ia menegaskan bahwa wilayah adat Baduy akan tetap dilindungi, dan program-program pembangunan akan disesuaikan dengan karakteristik masyarakat adat.
Sebagai bentuk apresiasi, Pemprov Banten juga akan memperkuat promosi wisata budaya Baduy dengan tetap menjaga prinsip keberlanjutan. Dukungan ini penting agar generasi muda tetap mengenal dan menghargai warisan leluhur.
Kesimpulan: Seba, Simbol Keseimbangan antara Adat dan Pemerintahan
Ritual Seba bukan hanya tradisi, tetapi juga pengingat bagi semua pihak bahwa kemajuan tidak boleh mengorbankan akar budaya. Saat 1.769 warga Baduy melangkah ke pusat kekuasaan, mereka membawa lebih dari sekadar hasil bumi—mereka membawa suara alam, kearifan lokal, dan harapan agar warisan budaya tetap hidup di tengah dunia yang terus berubah.