
walknesia.id – Setiap liburan panjang tiba, tak jarang kita menemui jalanan yang dipenuhi kendaraan dan menyebabkan kemacetan yang cukup parah. Namun, meskipun mengetahui perjalanan akan memakan waktu dan tenaga, banyak orang tetap memilih untuk terjebak macet demi merasakan liburan. Apa sebenarnya yang membuat fenomena ini terus berulang? Seorang sosiolog mengungkapkan alasan mengapa banyak orang rela menempuh perjalanan jauh meskipun harus menghadapi kemacetan.
Liburan sebagai Pelarian dari Rutinitas Sehari-hari
Dr. Rina Pratiwi, seorang sosiolog dari Universitas Jakarta, menjelaskan bahwa liburan seringkali dianggap sebagai kesempatan untuk melarikan diri dari rutinitas yang monoton. “Pekerjaan dan kehidupan sehari-hari sering kali membuat seseorang merasa tertekan. Liburan memberi kesempatan untuk meremajakan pikiran dan tubuh, meskipun itu berarti harus menghabiskan waktu dalam kemacetan,” ungkapnya. Dengan demikian, meskipun terjebak dalam kemacetan, banyak orang tetap merasa bahwa liburan adalah bentuk penyegaran yang sangat mereka butuhkan.
Kebersamaan dengan Orang Terdekat
Tak hanya soal melepaskan diri dari rutinitas, liburan juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial. Baik itu dengan keluarga, teman, atau pasangan, momen liburan adalah saat untuk menciptakan kenangan bersama. Dr. Agus Santosa, seorang ahli sosiologi, menyebutkan bahwa kebersamaan menjadi alasan utama orang memilih untuk berlibur meski harus terjebak macet. “Liburan menawarkan kesempatan untuk memperkuat ikatan emosional dan berbagi momen bahagia bersama orang-orang terdekat,” jelasnya.
Konsumerisme dan Daya Tarik Destinasi Wisata
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi fenomena ini adalah berkembangnya budaya konsumerisme, di mana liburan kini telah menjadi bagian dari gaya hidup. Promosi tempat wisata yang menjanjikan pengalaman yang menyenangkan dan tidak terlupakan memikat banyak orang untuk tetap pergi berlibur meskipun menghadapi perjalanan yang penuh kemacetan. “Liburan kini tidak hanya soal melepas penat, tetapi juga tentang menikmati pengalaman yang ditawarkan oleh tempat wisata,” ungkap Dr. Agus.
Mencari Pengalaman, Bukan Hanya Kenyamanan
Bagi sebagian orang, liburan bukan sekadar beristirahat, tetapi juga kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru. Meskipun perjalanan bisa terhambat oleh kemacetan, pengalaman yang akan didapatkan di destinasi liburan dianggap jauh lebih berharga daripada kenyamanan dalam perjalanan. “Orang semakin cenderung mengutamakan pengalaman berharga yang didapat saat berlibur daripada kenyamanan fisik selama perjalanan,” kata Dr. Rina.
Persepsi Positif terhadap Ketidaknyamanan
Dr. Agus menambahkan bahwa dalam banyak kasus, orang yang memilih berlibur cenderung memasuki kondisi mental yang memungkinkan mereka untuk lebih sabar menghadapi ketidaknyamanan seperti kemacetan. “Saat seseorang sudah memutuskan untuk berlibur, mereka sudah siap menghadapi segala tantangan yang ada, termasuk kemacetan,” jelasnya. Persepsi positif terhadap ketidaknyamanan perjalanan ini membuat orang merasa bahwa terjebak macet adalah hal yang wajar.
Kesimpulan
Fenomena orang yang rela terjebak macet demi liburan mengungkapkan bahwa liburan bukan hanya tentang melarikan diri dari rutinitas atau mencari kenyamanan, tetapi juga tentang mempererat hubungan sosial dan menciptakan kenangan yang berharga. Dalam perjalanan tersebut, meskipun kemacetan menjadi penghalang, pengalaman yang didapatkan selama liburan dianggap jauh lebih bernilai.