
walknesia.id – Ojek online (ojol) telah menjadi solusi transportasi utama bagi banyak orang di kota besar. Namun, di balik kenyamanan yang diberikan kepada pengguna, banyak pengemudi ojol yang menghadapi masalah besar, terutama terkait dengan eksploitasi kerja dan ketidakadilan terhadap hak mereka, seperti Tunjangan Hari Raya (THR).
1. Eksploitasi Kerja yang Menguras Tenaga
Seiring dengan tingginya permintaan pengguna, pengemudi ojol sering kali dipaksa bekerja tanpa henti untuk memenuhi target yang terus meningkat. Mereka harus menghabiskan banyak jam kerja dalam sehari, bahkan hingga larut malam, hanya untuk mencapai target dan mendapatkan penghasilan yang layak. Kelelahan fisik dan mental menjadi hal yang biasa bagi pengemudi, yang merasa terpaksa menerima kondisi tersebut demi mempertahankan mata pencaharian.
2. Ketidakmampuan Aplikator Membayar THR
Masalah besar lainnya adalah ketidakmampuan aplikator untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pengemudi ojol. Padahal, pengemudi yang bekerja lebih dari satu bulan berhak menerima THR sesuai dengan peraturan yang berlaku. Aplikator berdalih bahwa mereka bekerja berdasarkan sistem kontrak dan model kerja fleksibel, yang membuat mereka merasa tidak wajib memberikan THR. Namun, pengemudi merasa ini adalah bentuk ketidakadilan, mengingat mereka telah berkontribusi besar terhadap kesuksesan perusahaan aplikasi.
3. Sistem Kerja yang Memaksakan Target Berlebihan
Tidak hanya terkait masalah THR, para pengemudi juga mengeluhkan sistem kerja yang memaksakan mereka untuk mencapai target tertentu. Setiap pengemudi diwajibkan untuk menyelesaikan sejumlah perjalanan dalam sehari agar bisa mendapatkan bonus atau insentif. Tekanan untuk mencapai target ini menyebabkan pengemudi bekerja lebih keras dan lebih lama, bahkan di luar batas fisik mereka. Hal ini berisiko menyebabkan stres, kelelahan ekstrem, dan masalah kesehatan lainnya.
4. Kesejahteraan Pengemudi yang Terabaikan
Masalah yang dihadapi pengemudi ojol semakin diperburuk dengan kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan mereka. Mereka sering kali tidak mendapat cuti yang cukup, tidak ada perlindungan jaminan sosial, dan penghasilan yang diperoleh tidak selalu mencukupi kebutuhan hidup. Para pengemudi merasa bahwa mereka tidak mendapatkan penghargaan yang layak atas kerja keras yang telah mereka lakukan, sementara aplikator terus meraup keuntungan besar.
5. Dampak Buruk terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
Kelelahan yang berkepanjangan, ditambah dengan tekanan untuk memenuhi target, berdampak buruk pada kesehatan pengemudi. Banyak dari mereka yang mengalami gangguan kesehatan fisik, seperti nyeri punggung, masalah sendi, dan kelelahan akut. Selain itu, stres mental yang tinggi seringkali muncul karena pengemudi merasa tidak dihargai, serta ketidakpastian dalam memperoleh penghasilan yang stabil. Kondisi ini tentu saja tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena akan memengaruhi kualitas hidup pengemudi.
6. Tanggung Jawab Aplikator dalam Memberikan Perlakuan Adil
Aplikator memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa pengemudi mendapat perlakuan yang adil. Mereka perlu memperbaiki sistem pembayaran, memberikan jaminan kesejahteraan, dan memastikan pengemudi mendapatkan hak mereka, termasuk THR dan insentif yang layak. Perusahaan aplikasi perlu memahami bahwa pengemudi bukan hanya sebagai alat untuk menghasilkan keuntungan, tetapi juga pekerja yang berhak atas perlindungan dan penghargaan.
7. Peran Pemerintah dalam Mewujudkan Keberlanjutan Sektor Ojol
Pemerintah juga harus berperan aktif dalam mengatur dan mengawasi industri ojol agar pengemudi mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka terima. Regulasi yang jelas mengenai hak pekerja, seperti pemberian THR, upah layak, dan jaminan sosial, sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan adil bagi pengemudi ojol. Tanpa pengawasan yang ketat, eksploitasi terhadap pengemudi akan terus berlanjut.
8. Solusi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Pengemudi
Peningkatan kesejahteraan pengemudi ojol dapat dimulai dengan memberikan insentif yang lebih adil dan sistem yang lebih transparan. Pengemudi seharusnya tidak dipaksa bekerja berlebihan hanya untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Selain itu, aplikasi perlu memberikan dukungan dalam bentuk asuransi kesehatan atau dana pensiun, yang akan memberikan perlindungan bagi pengemudi di masa depan. Dengan perubahan sistem yang lebih adil, pengemudi dapat bekerja dengan semangat yang lebih tinggi dan tetap menjaga kesehatan mereka.
Kesimpulan
Pengemudi ojol memiliki peran penting dalam mendukung operasional layanan transportasi online yang ada di Indonesia. Namun, mereka seringkali dihadapkan pada sistem yang tidak adil, dengan eksploitasi kerja yang berlebihan dan ketidakmampuan aplikator untuk memenuhi hak mereka. Untuk menciptakan industri ojol yang berkelanjutan, diperlukan kerjasama antara aplikator, pemerintah, dan pengemudi itu sendiri dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan sehat bagi semua pihak.